IPB terlalu cerdas untuk bisa diperdaya Parpol
TDB, BOGOR -- Warga Institut Pertanian Bogor secara keseluruhan bisa dikatakan "terlalu cerdas" untuk bisa diperdaya begitu saja oleh kekuatan partai politik tertentu, kata salah satu staf pengajar di perguruan tinggi itu.
"Namun di sisi lain, fenomena dan dinamika tersebut adalah sangat tidak kondusif bagi semua pihak. Untuk itu, sebaiknya semua kekuatan partai politik harus berkenan mendukung IPB mampu secara dewasa dan mandiri memilih pemimpinnya," kata Dr. Ir. Ricky Avenzora, MSc.F di Bogor, Jawa Barat, seperti dikutip ANTARANEWS, Senin.
Menanggapi dinamika pemilihan rektor IPB masa bakti 2012-2017, di mana muncul sorotan sinyalemen adanya kekuatan partai politik tertentu yang ikut bermain di dalam kampus, dosen Fakultas Kehutanan itu melihat maka biarkanlah itu sebagai "rahasia umum" yang akan terus dibuktikan oleh banyak pihak.
"Terlepas dari benar atau tidaknya 'rahasia umum' tersebut, maka secara objektif harus dikatakan bahwa untuk beberapa periode kepemimpinan belakangan ini, di mana banyak pihak telah menenggarai bekerjanya kekuatan partai politik tertentu di IPB, toh nyatanya hal tersebut hanya membawa contoh buruk belaka," katanya.
Doktor lulusan Universitas Goettingen, Jerman itu menambahkan bahwa citra IPB justru menjadi buruk, sedangkan kehadiran kekuatan politik tersebut di IPB toh nyatanya juga tidak memberi manfaat positif yang signifikan bagi IPB, baik sebagai institusi, untuk semua warga IPB, maupun untuk kinerja IPB bagi nusa dan bangsa Indonesia.
Menurut dia, semua hanya berjalan layaknya "the old fashion of as usual business" dan tidak ada kemajuan signifikan.
"Bahkan secara pribadi kami malah menilai bahwa banyak `traditional-capital` yang telah dibangun oleh para guru-guru kami semua di IPB sejak zaman dulu, dari era Prof Satari dan Prof Andi Hakim Nasution, dalam satu hingga dua dekade belakangan ini malah rontok oleh karena perubahan zaman dan karena strategi pencapaian misi yang bersifat mekanistik," katanya.
"Alhamdulillah atmosfir `land-lord` belum terlalu hadir dalam kepemimpinan di IPB selama ini, namun secara pribadi kami menilai banyak tonggak-tonggak `traditional-capital` yang dulu kukuh dan menjadikan IPB berjaya saat ini telah runtuh dan bahkan hilang," tambahnya.
Mengenai teori "terobosan" yang diangankan banyak pihak untuk bisa dilakukan oleh IPB dalam tahun-tahun mendatang, diyakini tidak akan pernah tercapai kecuali sebagai "lips-service" dan jargon belaka.
Dicuatkannya kriteria "Entrepreneurial Leadership dalam proses pemilihan Rektor IPB saat ini, kata dia, barangkali dapat dikatakan sebagai belum sensitifnya warga IPB tentang persoalan mendasar yang menyebabkan "jalan di tempat"-nya IPB dalam beberapa dekade belakangan ini.
"Belajar dari pengalaman selama ini, maka hakikat kekuatan IPB sesungguhnya barangkali bukanlah pada dukungan partai politik, ataupun pada figur serta jargon kepemimpinan," katanya.
Lebih lanjut, ia melihat dari persepektif indvidu dan jargon kepemimpinan pengalaman selama ini menunjukan bahwa walaupun individu pemimpin baik, tapi program tidak baik maka hasilnya juga tidak signifikan.
"Ketika individu pemimpin baik, program baik tapi `balad` nya hanya atas dasar nepotisme atau hasil politik `balas jasa`, maka hasil-hasil yang dicapai juga hanya segitu-gitu saja jadinya," katanya.
Jabatan Seksi
Pada bagian lain, Ricky Avenzora menyatakan bahwa dalam pemilihan saat ini, jabatan Rektor IPB tampaknya bukan hanya jabatan yang akan sangat menentukan bagi kinerja IPB ke depan, melainkan juga merupakan "jabatan yang seksi" bagi banyak pihak.
"Ikut serta nya salah satu wakil menteri yang masih aktif dalam Kabinet President Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Rektor IPB kali ini adalah merupakan indikator tentang betapa seksinya jabatan Rektor IPB bagi banyak pihak," katanya menegaskan.
Ia mengatakan bahwa saat ini IPB ibarat sedang dalam persimpangan, yaitu apakah akan membiarkan diri larut dalam "gila"nya zaman atau akan menjadi "agent of change" bagi perubahan di masa kini dan hari esok di masa depan.
Ketua Panitia Pemilihan Rektor (PPR) IPB 2012-2017 Prof Toto Toharmat menjelaskan, pihaknya telah mengantongi sembilan nama bakal calon rektor yang akan mengikuti uji penerimaan para pemangku kepentingan internal IPB pada tanggal 31 Oktober 2012.
"Sembilan nama bakal calon rektor telah diperoleh dari hasil seleksi dan penilaian yang dilakukan oleh Senat Akademik selama empat hari dari 16 hingga 19 Oktober," katanya.
Nama-nama sembilan bakal calon Rektor IPB itu adalah Prof Arie Purbayanto, Dr Asep Saefuddin, Dr Bayu Krisnamurthi (Wakil Menteri Perdagangan), Prof Herry Suhardiyanto (Rektor IPB saat in), Prof Indra Jaya, Prof M Syamsul Ma`arif, Prof Muhammad Zairin Junior, Prof Roedhy Poerwanto, dan Dr Sam Herodian. (***)
Post a Comment